+1 234 567 8

pemdes@melung.desa.id

Permohonan Online

Anda dapat mengajukan secara permohonan online

Produk Warga

Jelajahi produk lokal buatan dari para warga kami untuk Anda

Lapor/Aduan/Saran

Anda dapat melaporkan aduan dan memberi saran maupun kritik

Asal Muasal Nama Gunung Agaran

Asal Muasal Nama Gunung Agaran

Jika berjalan dari Kaliputra menuju gerumbul Depok kita akan melewati pada areal persawahan yang indah, sebelah kanan akan terlihat Gunung Cendana dan dibaliknya akan terlihat Gunung Slamet menjulang tinggi, dan apabila kita menengok kesebelah kiri akan disuguhkan keindahan lain berupa bukit atau Gunung Agaran yang merupakan sebuh bukit yang terletak di wilayah Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Lokasinya berada disebelah pemakaman umum Grumbul Depok. Walaupun hanya sebuah bukit namun masyarakat sekitar  menyebutnya dengan Gunung Agaran.

Nama “Gunung Agaran” sendiri berawal dari sebuah cerita yang berkembang dimasyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.

Pada suatu hari ada seorang petani yang sedang bekerja dikebun (ladang). Saat itu musim kemarau sedang melanda wilayah Desa Melung.  Cuaca yang sangat panas seperti membakar tubuh Si Petani tersebut. Keringat bercucuran membasi seluruh tubuhnya. Karena tidak tahan dengan kelelahan yang melanda, akhirnya Si Petani memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Setelah menenggak air minum dan mengganjal perutnya dengan perbekalan seadanya.  Seperti biasa Si Petani mengeluarkan bungkusan tembakau yang dikantonginya. Beberapa saat kemudian Si Petani nampak sibuk menggulung tembakaunya dengan daun jagung yang telah kering. Sebentar saja nampak sebatang klobot (rokok) telah bertengger disudut bibirnya.

Namun rupanya Si Petani lupa membawa korek api. Sementara hasrat untuk merokok telah memuncak sampai keubun-ubun. Untuk kembali pulang tidak mungkin karena jauh dan harus naik turun bukit. Sementara menunggu orang leat juga sangat mustahil.

Berbekal pengetahuan yang dimilikinya, kemudian Si Petani mengambil dua bilah batang bambu bermaksud untuk membuat api (ngagar).  Kemudian kedua bilah bambu tersebut digesek-gesekan antara satu dengan lainya. Dengan kekuatan dan kecepatan yang stabil akhirnya setelah sekian lama dari gesekan kedua bilah bambu tersebut timbul percikan api. Karena panas pada akhirnya kedua bilah bambu tersebut terbakar yang kemudian apinya dipergunakan untuk menyulut rokok.

Terbawa rasa senang karena akhirnya dapat menikmati rokok, hingga Si Petani tanpa sadar membuang kedua bilah bambu yang masih ada apinya begitu saja. Hingga kemudian kedua bilah bambu yang apinya masih meyala membakar ladang Si Petani. Cuaca dan hembusan angin musim kemarau mempercepat kobaran api, hingga kebakaran tak bisa dikendalikan.

Kobaran api terlihat dari pemukiman masyarakat yang berada dibawah Gunung Agaran. Kobaran api yang kalau dalam bahasa jawa magar-magar. Sehingga untuk mengenang peristiwa tersebut Gunung atau Bukit tersebut diberi nama “Gunung Agaran”.

Dalam versi lain Gunung Agaran juga bisa berarti tempat membuat api “Ngagar” yang dilakukan oleh Si Petani tersebut.

Demikian sekilas tentang asal-usul Gunung Agaran.

Loading

Peran LSM dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa

Peran LSM dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa

Dibalik perkembangan kehidupan yang kita lihat di Ibu Kota tidak bisa kita pungkiri bahwa ternyata masih kita lihat fenomena kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pedesaan yang masih menggantungkan hidupnya pada alam sekitarnya. Dari sana kemudian muncul suatu permasalahan, salah satunya adalah fenomena-fenome eksploitasi pada alam karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya melestarikan alam disamping menggunakannya sebagai penopang kehidupan. DIbeberapa tempat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan pihak yang ikut andil dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, disamping ada banyak juga kesadaran masyarakat desa yang tumbuh akan pentingnya kelestarian alam karena pengaruh budayanya.
Berikut ini makalah penelitian dari Taufik Nurohman Staf Pengjar Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Loading

Wanita-wanita Perkasa

Wanita-wanita Perkasa

Dengan model rambut yang selalu dipotong pendek, membuat Karinah (42) seperti layaknya seorang laki-laki. Bukan hanya gaya dan penampilan saja yang menyerupai laki-laki tapi juga hampir setiap pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum laki-laki dapat pula dikerjakannya. (lebih…)

Loading

Bangun Desa ala Jurnalis Kampung

Bangun Desa ala Jurnalis Kampung

Di satu sudut balai desa yang kusam, Margino (38) tampak serius mewawancarai seorang petani tentang budidaya sayuran organik. Bak jurnalis profesional, ditulisnya semua jawaban di atas kertas buram. Hanya beberapa jam berselang, artikel itu pun terpampang di portal desa lengkap dengan fotonya. Seperti pada cerita berikut ini

Bangun Desa ala Jurnalis Kampung

Loading

Sejarah PLTA Ketenger di Desa Melung

Sejarah PLTA Ketenger di Desa Melung

Walaupun sebagian besar bangunan pembangkit dan perkantoran berada di Desa Melung namun nama dari sebuah pembangkit listrik yang berada di Desa Melung ini bernama PLTA Ketenger karena waduk muntu berada di wilayah gerumbul Kalipagu Desa Ketenger Kecamatan Baturraden. Peninggalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda ini sekarang ini yang masih beroperasi dan terus dikembangkan sehingga dapat mensuplai listrik.  Dalam masa pembangunan PLTA Ketenger telah disurvei oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1932, sedangkan pelaksanaan pembangunannya dilaksanakan pada tahun 1935 dan selesaipada tahun 1939 oleh kontraktor Hindia Belanda NV. ANIEM 9 (N.V. Algemeene Nederlandsch Indische Electriciteit Maatchappy) untuk mesin unit 1 dan 2 dengan daya terpasang masing – masing 3,52 MW.
Sedangkan pada tahun 1998 – 1999 di bangun kembali (renovasi) untuk mesin 3 dengan daya terpasang 1,05 MW oleh kontraktor PT. Dirga Bratasena Engenering Medan, untuk analisa mengenai dampak lingkungannya dilakukan oleh tim pusat studi kependudukan dan lingkungan hidup lembaga penelitian Universitas Diponegoro Semarang dan disetujui oleh pihak Komisi AMDAL Pusat Departemen Pertambangan dan Energi di Jakarta.
index1Tujuan pembangunan PLTA ketenger adalah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, terutama kebutuhan energi listrik untuk daerah Gambasari dan Pasanggrahan, dimana energi listrik ini dimafaatkan untuk menggerakan turbin dari sungai Banjaran dan sungai Surobadak. Volume air dari kedua sungai dialirkan dan ditampung kedalam kolam tando dengan maksud mendapat debit dan tinggi jatuh yang diinginkan, baru kemudian air dalam kolam dialirkan melewati pipa besar untuk memutar turbin.
Energi listrik yang dihasilkan PLTA ketenger disalurkan ke berbagai daerah antara lain: Purwokerto, Purbalingga, Gombong, Karanganyar, Kebumen dan pompa air Gambarsari serta pesanggrahan melalui saluran tinggi 30 kV.
A. Periode Pembangunan :
Periode pembangunan PLTA Ketenger dilakukan beberapa tahapan, tahap pertama adalah pembangunan atau pekerjaan sarana yang meliputi: pembuatan jalan masuk, kantor, gudang, bengkel, perumahan dinas, pagar, saluran air minum dan instalasi listrik serta penyediaan tanah. Tahapan kedua adalah pekerjaan sipil meliputi: pembangunan kolam tando, bendungan banjaran, bak pengedap masuk kolam, pipa pesat dan gedung pembangkit. Tahap terakhir terdiri dari pemasangan turbin, generator, indoor switchgear, cranes, transformer dan peralatan switchgear serta perlengkapan lainnya.
B. Pelaksanaan Pembangunan :
Pembangunan sarana sumber tenaga PLTA Ketenger secara garis besar dilaksanakan pada periode sebagai berikut :

  1. Tahun 1935 – 1937 yaitu bendungan Banjaran masuk bak pengedap, pekerjaan pipa beton bertulang sepanjang 778 m berdiameter 1,4 m, kolam tando dan bak pelimpah.
  2. Tahun 1937 – 1939 yaitu pekerjaan pipa pesat, gedung sentral, turbin, generator dan perlengkapannya.
  3. Tahun 1998 – 1999 pelaksanaan pembangunan PLTA Ketenger 3 atau PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro) Curug Gede.

C. Bidang Pengolahaan Perusahaan dan Pembangkit :

  1. Tahun 1939 -1959 pelaksanaan pengolahan operasi dan pemeliharaan oleh EMB (Electriciteit Maatchappy Banyumas) di Purwokerto.
  2. Tahun 1951 – 1962 pelaksanaan pengolahan operasi dan pemeliharaan oleh PLN distribusi cabang Purwokerto PLN Exploitasi XII.
  3. Tahun 1962 – 1982 pelaksanaan pengolahan operasi dan pemeliharaan oleh sector Ketenger wilayah VIII Semarang.
  4. Tahun 1983 – 1991 pelaksanaan pengelolahan operasi dan pemeliharaan oleh PLN sector Ketenger PLN pembangkitan dan penyaluran Jawa bagian Barat Jakarta.
  5. Tahun 1993 – 2000 pelaksanaan pengelolahaan pemeliharaan dan operasi oleh PT. PLN Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkit Mrica Banjarnegara, termasuk penyerahan PLTA Ketenger unit 3 atau PLTM ( Pembangkit Listrik Tenaga Mikro) Curug Gede.
  6. Tahun 2000 sampai dengan sekarang pelaksanaan pengolahan operasi dan pemeliharaan oleh PT. Indonesia Power UBP Mrica Banjarnegara. Untuk keandalan penyediaan energi listrik maka pemeliharaan korektif dan pemeliharaan emergency.

D. Manfaat dari Pembangunan PLTA Ketenger
Karena pusat listrik ini menggunakan sumber daya air, dilihat dari dampak negatif hampir tidak ada karena dalam operasionalnya sangat ramah dengan lingkungan, sumber hayati maupun ekosistem alam sekitar. Sedangkan dampak positif yang terjadi dengan dibangunnya PLTA Ketenger diantaranya :

  1. Menghasilkan energi listrik yang murah dan berkualitas
  2. Proses operasionalnya hampir tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat, habitat dan ekosistem lingkungan sekitarnya.
  3. Tidak menimbulkan hilangnya sumber daya alam karena air yang dipakai pada hakekatnya tidak hilang volumenya, termasuk tidak memakai bahan bakar dan lainnya.
  4. Sangat menunjang program listrik masuk desa sisi pariwisata alamnya dan peluang – peluang bisnis lainnya yang sangat tergali seperti air minum mineral dan agribisnis.
  5. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekelilingnya.

E. Sumber – Sumber Potensi Tenaga PLTA Ketenger
Sumber – sumber potensi tenaga PLTA Ketenger adalah curah hujan dan debit sungai. Jumlah curah hujan didaerah sekitar PLTA Ketenger dan aliran sungai atau debit sungai Banjaran dan Sarobadak sangat baik. Dimana debit ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan itu sendiri, keadaan geografis, flora temperature, dan factor lainnya disebelah hulu sungai.

Sumber : PLTA Ketenger

Loading