Berikut adalah rencana pembangunan jangka menengah Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Banyumas untuk periode tahun 2014-2018. Dimana dalam menyusun rencana pembangunan tersebut melibatkan masyarakat Desa Melung melalui proses penggalian gagasan. Proses ini dilakukan semata-mata agar apa yang akan kita bangun sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat, disamping juga rasa memiliki yang harus kita tanamkan agar pembangunan yang sudah dilakukan senantiasa terjaga.
Sebagai masyarakat yang memiliki beragam budaya hampir setiap akan melakukan segala sesuatunya bisa dipastikan didahului dengan sebuah upacara. Seperti ketika akan memotong rambut bayi untuk pertama kalinya, biasanya didahului dengan upacara yang disebut dengan istilah wisuh (mencuci). Wisuh merupakan sebuah tradisi yang dilakukan masyarakat (Jawa) setelah bayi berumur 40 (empat puluh) hari. Kebiasaan atau tradisi wisuh adalah suatu nilai budaya yang telah dilakukan secara turun-temurun. Tradisi dan kebiasaan ini mempunyai maksud tersendiri yang berisikan nilai-nilai, ajaran ini kemudian akan mengambil peran dalam setiap langkah manusia.
Upacara wisuh yang kemudian dilanjutkan dengan memotong rambut bayi bertujuan untuk membersihkan atau mencuci rambut bayi. Kenapa harus menunggu bayi 40 hari, pertimbangannya mungkin lebih dikarenakan secara fisik kondisi tubuh bayi sudah kuat. Untuk upacara wisuh-nya sendiri biasa dilakukan pada pagi hari dengan dibantu oleh seorang dukun bayi. Jika keluarga yang tidak mampu pemotongan rambut bisa langsung dilakukan, akan tetapi jika keluarga termasuk orang mampu bisa dilakukan pada malam harinya. Dengan dibacakan do`a-do`a pujian atau disebut marhaban yaitu memuji sifat-sifat Nabi Muhammad SAW.
Dalam pelaksanaan wisuh untuk bayi laki-laki dilakukan sebelum bayi genap berumur 40 hari, bisa pada saat berumur 38 atau 39 hari. Namun untuk bayi perempuan dilaksanakan ketika bayi tersebut genap berumur 40 hari. Adapun persiapan atau perlengkapan upacara wisuh adalah :
Air cucian beras atau biasa disebut dengan banyu leri (Jawa) untuk memandikan sang bayi, dan boleh dicampur dengan air hangat.
Kembang 7 (tujuh) rupa yang sebagai pengharum tubuh sang bayi dan ditaruh pada bokor yang telah berisi air cucian beras.
Telor ayam kampung juga merupakan perlengkapan yang tidak boleh terlewatkan.
Uang logam (recehan)
Ani-ani (alat pemotong padi pada jaman dahulu)
Sambetan yang terdiri dari kunir, jahe, brambang dan dingo bengle
Setelah proses memandikan bayi selesai kemudian pada pergelangan tangan kiri, kaki kiri dan bagian perut diikat dengan lawe wenang. Disamping sang bayi juga pengikatan lawe wenang juga berlaku bagi ibu sang bayi. Hal ini dilakukan sebagai penolak bala agar bayi dan sang ibu yang baru melahirkan dihindarkan dari segala mara bahaya dan senantiasa diberi keselamatan.
Tuyul biasanya digambarkan dalam jenis mahluk halus berwujud anak kecil dan berkepala gundul. Tuyul dapat dipekerjakan oleh pemiliknya (majikan) untuk alasan tertentu, terutama mencuri (uang). Dalam melaksanakan perintah tuyul sangat patuh terhadap sang majikan. Keinginan memiliki harta benda dengan cara yang cepat tanpa mempedulikan nasib orang disekitarnya yang menjadi korban.
Seperti halnya di Desa Melung yang akhir-akhir ini beredar isu adanya tuyul. Banyak warga merasa jengkel ketika mengetahui uang yang disimpannya telah berkurang. Pada mulanya hanya menanyakan kepada anggota keluarga apakah mengambil uang yang disimpannya. Setelah mengetahui bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengambil, dengan hati pasrah dalam hati berkata mungkin benar-benar hilang.
Kejadian serupa juga dialami banyak orang yang pada mulanya hanya diam ketika kehilangan uang. Namun setelah ada yang memulai cerita tentang adanya tuyul, maka ramailah isu adanya tuyul.Menyadari adanya bahaya pencurian yang dilakukan oleh mahluk halus, kini masyarakat mulai berhati-hati dalam menyimpan uang.
Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi tuyul adalah dengan menyebar yuyu disekitar rumah. Agar yuyu tidak terlalu jauh maka yuyu tersebut dimasukan dalam sebuah baskom. “Karena sebenarnya tuyul merupakan jelmaan dari seorang anak, dan sifat seorang anak adalah bermain” seperti dituturkan salah seorang penduduk Desa Melung. Ada juga yang menyimpan uang dengan ditaruh dibawah Al-Qur`an. Berbagai macam upaya dilakukan agar uang hasil jerih payah mereka tak hilang sia-sia.
Melung 26 September 2014, Sudah hampir 3 (tiga) bulan pembangunan rehab Kantor Desa Melung belum selesai. Belum selesainya pembangunan rehab kantor desa tersebut disebabkan karena belum turunnya dana bantuan yang diajukan ke pemerintah kabupaten. Kondisi kantor desa yang sudah sedemikian parah membuat kekhawatiran sehingga kator desa dialihkan ke gedung aula.
Sementara untuk pelayanan masyarakat masih menempati aula Aula Widya Mandala Desa Melung.Sebuah ruangan yang biasanya dipergunakan untuk pertemuan dan musyawarah. Dengan ditempatinya gedung aula tersebut sehingga ketika masyarakat mengadakan pertemuan harus dilakukan pada malam hari.
Setelah melalui musyawarah tingkat desa kemudian dengan menggunakan anggaran alokasi desa desa (ADD) akhirnya kantor desa mulai direhab. Akan tetapi karena minimnya dana tersebut sehingga sampai dengan saat ini rehab kantor belum selesai. Adapun dana ADD yang dipergunakan untuk merehab kantor desa sebesar Rp. 25.574.700,- hanya cukup untuk pembuatan pondasi dan pemasangan batu bata.