+1 234 567 8

pemdes@melung.desa.id

Permohonan Online

Anda dapat mengajukan secara permohonan online

Produk Warga

Jelajahi produk lokal buatan dari para warga kami untuk Anda

Lapor/Aduan/Saran

Anda dapat melaporkan aduan dan memberi saran maupun kritik

ADM Perhutani Tinjau Calon Lokasi Penebangan

ADM Perhutani Tinjau Calon Lokasi Penebangan

Melung 27 Februari 2015, Informasi akan di lakukan penebangan pohon oleh Perhutani pada sekitar kawasan Bukit Cendana menuai keberatan masyarakat Desa Melung. Berbagai pertimbangan menjadi alasan masyarakat Desa Melung, pertimbangan tersebut antara lain karena pada lokasi tersebut merupakan sumber mata air. Dari sumber mata air tersebutlah masyarakat Desa Melung bisa bertahan hidup, mulai dari kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari dan juga untuk pengairan sawah. Kemiringan lokasi penebangan juga menjadi pertimbangan bahwa akan menimbulkan longsor.

Berangkat dari informasi keberatan dengan adanya penebangan tersebut, Perhutani bersama dengan Pemerintah Desa Melung melakukan pengecekan. Dalam pengecekan yang dilakukan pada hari Rabu (25/2) ADM Perhutani menyampaikan pada prinsipnya Perhutani terbuka untuk melakukan rembug bersama masyarakat, jika memang masyarakat keberatan adanya penebangan dengan disertai alasan yang bisa diterima, pihak Perhutani-pun tidak akan saklek. Seperti dsampaikan oleh Wawan Triwibowo, S.Hut, MP selaku ADM Perhutani di sela-sela pengecekan lokasi.

Lebih lanjut ADM mengatakan Perhutani menyadari keberatan yang disampaikan oleh masyarakat, karena dampak dari adanya penebangan yang merasakan adalah masyarakat. Ketika masyarakat keberatan Perhutani juga tidak akan memaksakan untuk adanya penebangan. Terkait dengan keberatan tersebut Pemerintah Desa Melung di mohon untuk segera membuat surat keberatan ke Perhutani.

Setelah dilakukan pengecekan oleh Perhutani yang di pimpin langsung oleh Wawan Triwibowo, S.Hut,MP (ADM) juga ikut dalam pengecekan tersebut Kusmanto, S.Hut (Kasi PSDHL), Dhani S, S.Hut (Asper Gunung Slamet Barat) beserta rombongan dan juga Pemerintah Desa Melung. Melihat pada kawasan tersebut memang merupakan daerah sumber mata air, ADM tidak keberatan jika masyarakat menolak adanya penebangan. Tidak lupa ADM juga menyampaikan rasa terima kasih terhadap masyarakat Desa Melung yang telah ikut membantu dalam mengelola hutan. Sebagai bentuk kerjasama dikemudian hari agar kerjasama bisa saling mendapatkan manfaat, ADM menghimbau agar masyarakat lebih rajin lagi dalam mengelola dan menjaga hutan. Terutama dalam penyadapan getah damar, agar lebih ditingkatkan.

Loading

Tradisi Sambatan

Tradisi Sambatan

Melung 26 Februari 2015, Sambatan berasal dari kata sambat (Jawa) yang berarti minta tolong dan mendapat akhiran “an” kalau diartikan berarti memberikan pertolongan. Sambatan merupakan kebiasaan atau tradisi masyarakat untuk bersama-sama (bergotong-royong). Pada umumnya kata sambatan hanya diterapkan dalam bergotong-royong membangun sebuah rumah.  Baik rumah yang baru ataupun rumah yang akan direnovasi.

Misalkan dalam suatu desa ada seseorang yang akan membangun rumah,maka seluruh masyarakat akan datang membantu. Bantuan yang diberikan sesuai dengan keahlian atau sesuatu yang dimiliki. Jika ahli dalam hal pertukangan maka tenaga yang akan diberikan dan jika ia berkelebihan harta akan memberikan bahan bangunan yang masih kurang. Begitupun dengan ibu-ibu yang mempunyai keahlian memasak akan membantu memasak untuk masyarakat yang sedang bekerja.

Beberapa keuntungan dari adanya tradisi gotong-royong (sambatan) adalah membangun rasa kebersamaan dan kerukunan sesama masyarakat. Meringankan seseorang dalam membangun rumah, sehingga dimungkinkan bagi masyarakat dengan ekonomi lemah memiliki sebuah rumah. Waktu yang diperlukan dalam membangun rumah akan lebih cepat selesai. Dengan adanya sambatan rumah bukan lagi merupakan sesuatu yang bisa dijadikan sebagai harta yang disombongkan karena dibangun secara bersama-sama. Rasa memilikipun ada dihati masyarakat sehingga akan tetap terjaga budaya (ngendong) bertamu, serta tercipta kebersamaan dalam menghadapi hidup dan kehidupan.

Loading

Warga Desa Melung Menolak Adanya Penebangan Pohon

Warga Desa Melung Menolak Adanya Penebangan Pohon

Melung 19 Februari 2015, Pemerintah Desa Melung, masyarakat dan Perhutani melakukakan survei lokasi penebangan. Survei lokasi ini dilakukan dengan adanya rencana perhutani yang akan melakukan penebangan di hutan negara (kawasan bukit Cendana). Pemerintah Desa Melung diwakili oleh Narwin selaku Kepala Dusun II, sedang dari masyarakat diwakili oleh Rohmat serta Kurni, dan dari Perhutani diwakili oleh beberapa mandor perhutani.

Inisiatif untuk melakukan survei ini adalah berangkat dari masyarakat Desa Melung yang ingin menunjukan bahwa pada lokasi tersebut merupakan daerah resapan sumber mata air. Disamping itu pada lokasi sekitar bukit Cendana juga merupakan habitat beberapa satwa langka. Dengan harapan setelah adanya survei tersebut pihak perhutani akan membatalkan rencana penebangan di kawasan bukit Cendana.

Isu akan dilakukannya penebangan pohon damar dan puspa oleh perhutani pada bulan Maret dan April 2015 memang menjadi perhatian dan perbincangan masyarakat Desa Melung. Ketergantungan hidup terhadap hutan menjadi dasar perbicangan dengan akan adanya penebangan pohon tersebut. Hampir dalam setiap pertemuan dan perbincangan di jalan, di warung ramai membicarakan rencana penebangan tersebut. Pada umumnya masyarakat tidak menginginkan adanya penebangan pada kawasan bukit Cendana tersebut.

Sumber-sumber mata air tepat berada dibawah kawasan bukit Cendana. Sementara dari sumber-sumber mata air tersebut Masyarakat memanfaatkanya untuk kehidupan sehari-hari. Disamping itu sumber-sumber mata air tersebut juga dipergunakan untuk mengaliri sawah milik masyarakat. Beberapa alasan inilah yang kemudian mendasari masyarakat Desa Melung tidak menginginkan adanya penebangan pohon pada kawasan tersebut. Kekhawatiran terhadap adanya bahaya longsor juga menjadi alasan masyarakat tidak menghendaki adanya penebangan pohon.

Rasa peduli dan merasa membutuhkan terhadap keberlanjutan hutan di wujudkan oleh kelompok masyarakat dengan melakukan penanaman pohon di sekitar kawasan bukit Cendana. Bukan saja menanam akan tetapi mereka juga merawat serta menjaga tanaman yang telah ditanam sebelumnya. Keinginan agar hutan tetap lestari dan masyarakat dapat hidup dari adanya hutan tersebut.

Loading

Rencana Perhutani Melakukan Penebangan di Kawasan Bukit Cendana

Rencana Perhutani Melakukan Penebangan di Kawasan Bukit Cendana

Perum Perhutani akan melakukan penebangan pada kawasan Bukit Cendana (hutan negara). Melalui salah satu mandor Perhutani yang tak mau disebutkan namanya menginformasikan bahwa akan dilakukan penebangan pada kawasan bukit Cendana. Rencana penebangan tersebut akan berlangsung dari tahun 2015 hingga 2018, yang luas areanya mencapai 24 hektare. Pada tahun pertama (2015) penebangan akan dilakukan pada petak 57D, dengan luas area 4 hektare. Pohon yang akan ditebang adalah jenis pohon damar sebanyak 708 (tujuh ratus delapan). Rencana penebangan tersebut akan dilaksanakan pada bulan Maret  atau bulan April tahun 2015.

Bukit Cendana merupakan kawasan hutan negara yang masuk dalam petak pangkuan Desa Melung. Bukit Cendana merupakan habitat beberapa satwa yang keberadaannya saat ini sudah langka. Satwa tersebut antara lain Elang Jawa dan Owa Jawa. Beberapa tahun yang lalu kawasan tersebut pernah dipilih sebagai tempat untuk pelepasliaran Elang Jawa. Kawasan Bukit Cendana (hutan) juga berfungsi menyimpan, mengatur, serta menjaga persediaan air. Rimbunnya pepohonan memungkinkan akar-akar pohon dapat mengikat butiran-butiran tanah, sebab pada kawasan bukit cendana adalah masuk dalam daerah rawan longsor.

Pihak Perhutani sendiri sudah datang ke Kantor Desa Melung dan menyampaikan secara lisan rencana tebang pada kawasan bukit Cendana. Namun hingga saat ini belum ada surat pemberitahuan baik ke Pemerintah Desa maupun ke LMDH Pager Gunung (lembaga masyarakat desa hutan) sebagai mitra kerja dalam pengelolaan hutan. LMDH Pager Gunung baru sebatas menerima semacam surat pernyataan yang didalamnya berisi persetujuan masyarakat dengan akan diadakannya penebangan tersebut. Dalam surat pernyataan tersebut harus ditandatangani oleh LMDH, tokoh agama, tokoh masyarakat yang diketahui oleh kepala desa.

Loading

Rencana Perhutani Melakukan Penebangan di Kawasan Bukit Cendana

Ketika Profesi Dukun Bayi Tak Lagi Diminati

Dukun bayi adalah seseorang yang berprofesi membantu proses kelahiran, memandikan dan merawat bayi saat lahir. Dalam menjalankan tugas mulianya membantu seseorang yang akan melahirkan mulai dari umur tujuh bulan bayi dalam kandungan hingga bayi lahir. Bahkan setelah bayi lahirpun masih menjadi beban tanggungjawabnya selama hampir kurang lebih 40 (empat puluh) hari.

Maka tidak heran kalau kemudian seseorang yang berprofesi sebagai dukun bayi pasti memiliki keahlian khusus serta dan juga memiliki mantra-mantra tertentu. Mulai dari membuat ramuan bayi sang ibu yang baru melahirkan, sampai menyepuh bayi dalam rendaman air yang telah diberi sepuhan (lading) pisau, garam dapur, nasi, jeruk nipis dan buah mentimun yang masih utuh.

Setelah bayi berumur empat puluh hari diadakan sebuah upacara yang disebut wisuh (membasuh). Upacara ini dimulai dari memandikan sang bayi dengan air yang telah diberi beberapa mantra. Selain sang bayi sang ibu juga membasuh kedua tangan dan kakinya sebagai permohonan maaf, dan sang ibu beserta keluarga mengucapkan rasa terima kasih telah dibantu dalam prose kelahirannya.

Di awal tahu 1995 Desa Melung kedatangan Bidan Desa untuk membantu ibu hamil yang akan melahirkan. Maka sejak saat itu beban atau tugas sebagi dukun bayi tidak hanya berada dalam tanggungjawab sang dukun bayi. Kerjasama antara bidan desa dan dukun bayipun mulai dibangun dengan saling berbagi dalam menolong proses kelahiran. Sang dukun bayi dengan adat kejawennya dan bidan desa dengan ilmu akademiknya, sebuah perpaduan dan kerjasama dalam menolong sesama.

Namun dijaman seperti sekarang profesi sebagai dukun bayi sudah tidak lagi diminati. Sehingga dikhawatirkan lambat laun profesi sebagai dukun bayi akan hilang ditelan jaman. Yang tentu saja dengan tidak adanya generasi yang mau belajar sebagai dukun bayi ada satu proses budaya ruwat bayi yang hilang.

Loading