Melung 20 Agustus 2015, Budidaya padi secara organik pada dasarnya sama saja dengan bertanam padi secara konvensional atau non organik. Prinsip bertanam padi organik, pupuk yang digunakan sebagai sumber hara berasal dari pupuk organik seperti kompos, pupuk kandang atau sisa tanaman yang dibusukan. Budidaya padi full organik adalah budidaya padi yang proses dan tahapannya memanfaatkan bahan-bahan organik tanpa campuran bahan kimia. Dimulai dari tahap pembenihan hingga tahap pemeliharaan.
Penyuluhan mengenai Budidaya Padi Full Organik Berbasis PGPR, POC dan Pestisida Nabati diadakan pada Rabu, 5 Agustus 2015 bertempat di Balai Desa Melung. Penyuluhan dihadiri oleh para petani padi Desa Melung, ketua gapoktan Sidomakmur dan Kepala Desa Melung. Penyelenggara penyuluhan adalah mahasiswa KKN Pertanian Terpadu UNSOED 2015. Upaya untuk beralih dari budidaya padi konvensional ke organik bahkan full organik tidaklah mudah, butuh penyesuaian yang cukup lama hingga hasil produksi dapat stabil.
Penyuluhan padi full organik ini memberikan informasi tentang bagaimana cara memulai budidaya padi organik. Pada tahapan pembenihan petani dapat menggunakan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang merupakan sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Gunanya PGPR adalah untuk memacu pertumbuhan akar. Tahapan pemeliharaan petani di arahkan untuk menggunakan pupuk organik cair atau POC yang dapat di produksi sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang sudah ada di lingkungan petani misalkan limbah kotoran hewan ternak. Selain itu petani diberikan informasi mengenai cara membuat pestisida organik atau biasa disebut dengan pestisida nabati. Pestisida nabati yang contohkan oleh penyuluh adalah pestisida berbahan dasar buah maja. Dengan demikian petani sudah mendapatkan informasi tentang bagaimana budidaya padi secara full organik.
Keuntungan budidaya padi secara organik diantaranya biaya produksi yang rendah karena bahan untuk pemaliharaan didapatkan dari lingkungan sekitar, ramah terhadap lingkungan, mampu meningkatkan nilai jual beras dan tentunya beras yang dihasilkan lebih sehat. Harapannya petani padi Desa Melung mampu beralih dari budidaya padi non organik ke budidaya padi organik bahkan full organik sehingga hidup jadi lebih sehat.
Melung 19 Agustus 2015, Tanaman kelapa merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, mulai dari ujung daun sampai akarnya dapat dimanfaatkan. Tanaman kelapa ini dapat menghasilkan nira yang akan dijadikan gula yang sering disebut gula merah cetak. Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas merupakan salah satu desa yang berpotensial memproduksi gula merah cetak.
Gula merah cetak merupakan salah satu mata pencaharian warga Desa Melung khususnya warga RW 04 Salarendeng. Salah satu warga yang memproduksi gula merah cetak adalah Daryanto (52). Meskipun sudah berusia lanjut, Daryanto masih dapat menderes dan memproduksi gula merah cetak untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Dalam sehari, Daryanto dapat memproduksi gula merah cetak sebanyak 8 kg. Biasanya gula merah cetak ini dihargai Rp 9.500/kg.
Sebenarnya, gula merah cetak ini masih dapat dilakukan pengolahan yang lebih lanjut lagi yang akan menghasilkan harga yang cukup tinggi yaitu gula kristal. Dengan harga yang tinggi, maka penghasilan petani gula merah cetak akan meningkat. Gula kristal merupakan gula merah cetak versi bubuk. Gula kristal ini juga sering disebut gula semut. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yg bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula kristal adalah nira dari pohon kelapa sama halnya dalam pembuatan gula merah cetak.
Harga pasar gula kristal lebih tinggi dibandingkan gula cetak, yaitu dipasarkan dengan harga Rp 12.000/kg. Namun di Desa Melung belum ada yang memproduksi gula kristal. Dalam upaya membantu meningkatkan penghasilan petani gula kelapa, tim KKN PPM Pertanian Terpadu UNSOED melakukan demonstrasi pembuatan gula kristal. Tim tersebut telah melakukan demonstrasi di beberapa rumah penderes yaitu di Rumah Daryanto RT 02/04 dan Rumah Siswanto warga RT 03/04. Pembuatan gula kristal membutuhkan tingkat kerajinan yang tinggi dibandingkan dengan pembuatan gula merah cetak. Pembuatan gula kristal harus melalui tahapan penggerusan atau penghalusan, pengayakan, dan penjemuran. Dengan adanya demonstrasi pembuatan gula kristal yang telah dilakukan tim KKN PPM Pertanian Terpadu UNSOED, diharapkan petani gula kelapa dapat memproduksi gula kristal guna meningkatkan penghasilan.
Melung 19 Agustus 2015, Tanaman kelapa merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, mulai dari ujung daun sampai akarnya dapat dimanfaatkan. Tanaman kelapa ini dapat menghasilkan nira yang akan dijadikan gula yang sering disebut gula merah cetak. Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas merupakan salah satu desa yang berpotensial memproduksi gula merah cetak.
Gula merah cetak merupakan salah satu mata pencaharian warga Desa Melung khususnya warga RW 04 Salarendeng. Salah satu warga yang memproduksi gula merah cetak adalah Daryanto (52). Meskipun sudah berusia lanjut, Daryanto masih dapat menderes dan memproduksi gula merah cetak untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Dalam sehari, Daryanto dapat memproduksi gula merah cetak sebanyak 8 kg. Biasanya gula merah cetak ini dihargai Rp 9.500/kg.
Sebenarnya, gula merah cetak ini masih dapat dilakukan pengolahan yang lebih lanjut lagi yang akan menghasilkan harga yang cukup tinggi yaitu gula kristal. Dengan harga yang tinggi, maka penghasilan petani gula merah cetak akan meningkat. Gula kristal merupakan gula merah cetak versi bubuk. Gula kristal ini juga sering disebut gula semut. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yg bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula kristal adalah nira dari pohon kelapa sama halnya dalam pembuatan gula merah cetak.
Harga pasar gula kristal lebih tinggi dibandingkan gula cetak, yaitu dipasarkan dengan harga Rp 12.000/kg. Namun di Desa Melung belum ada yang memproduksi gula kristal. Dalam upaya membantu meningkatkan penghasilan petani gula kelapa, tim KKN PPM Pertanian Terpadu UNSOED melakukan demonstrasi pembuatan gula kristal. Tim tersebut telah melakukan demonstrasi di beberapa rumah penderes yaitu di Rumah Daryanto RT 02/04 dan Rumah Siswanto warga RT 03/04. Pembuatan gula kristal membutuhkan tingkat kerajinan yang tinggi dibandingkan dengan pembuatan gula merah cetak. Pembuatan gula kristal harus melalui tahapan penggerusan atau penghalusan, pengayakan, dan penjemuran. Dengan adanya demonstrasi pembuatan gula kristal yang telah dilakukan tim KKN PPM Pertanian Terpadu UNSOED, diharapkan petani gula kelapa dapat memproduksi gula kristal guna meningkatkan penghasilan.
Melung 17 Agustus 2015, Dengan “Semangat Kemerdekaan” masyarakat desa Melung menunjukan “rasa cinta tanah air” melalui berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mempererat dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan antar warga. Kali ini pemerintah desa dan warga mengadakan karnaval keliling desa dengan berbagai kreativitas. Setiap RW memperlihatkan masing-masing kreativitasnya dengan tema yang berbeda-beda. RW 1 memperlihatkan kreativitas dengan iringan bertema kepemudaan, RW 2 dengan perjuangan, RW 3 dengan musik kentongan dan hasil pertanian organik, serta RW 4 dengan perjuangan dan sejarah melalui foto tokoh sejarah. Hal ini tentu saja menunjukan bahwa rasa nasionalisme warga yang sangat membara dibuktikan dengan banyaknya peserta karnaval.
Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia dimulai dari arak-arakan penampilan tiap RW menuju Lapangan Balai Desa Melung. Dilanjutkan dengan upacara kemerdekaan yang hikmat dan pengumuman perlombaan tingkat desa. Setelah itu, karnaval dimulai dari lapangan Balai Desa Melung mengelilingi desa. Selain acara tersebut, warga juga bergotong-royong membenahi desa dengan acara kebersihan lingkungan. Kemudian diberbagai tempat warga berinisiatif mengadakan berbagai perlombaan dari panjat pinang, makan kerupuk, balap karung dan lain-lain.
Kemeriahan perayaan kemerdekaan tidak sampai disitu, mahasiswa KKN Universitas Jenderal Soedirman 2015 mengadakan beberapa rangkaian kegiatan seperti “Nonton Bareng” dan “Jalan Sehat”. Kegiatan “Nonton Bareng” yang dilaksanakan di Aula Balai Desa Melung yang diikuti hingga 300 penonton memberikan sajian edukasi kepada masyarakat dan menampung aspirasi masyarakat melalui diskusi dengan mahasiswa. Selain menjadi ajang hiburan bertema edukasi, mahasiswa bermaksud untuk memberikan wawasan umum kepada masyarakat mengenai pentingnya pendidikan dan mampu kritis terhadap setiap tantangan yang dihadapi. Keesokannya dilanjutkan dengan agenda “Jalan Sehat” dengan berbagai doorprise. Kegiatan ini juga bertujuan sebagai sarana penyatu warga agar saling memperkuat tali silaturahmi dan partisipasi dalam menyambut hari Kemerdekaan Indonesia.
Harapannya, pasca perayaan ini warga dapat meningkatkan rasa cinta terhadap negara yang dapat dibuktikan dengan memajukan atau mengembangkan potensi yang ada di desa Melung. Semoga warga desa Melung semakin maju dan mampu menunjukan eksistensinya serta meningkatkan berbagai prestasi dengan sejuta potensi yang ada.
Praktek Pembuatan Pupuk Kompos oleh Mahasiswa KKN Unsoed
Melung 17 Agustus 2015, Saat ini pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan sangat minim dilakukan. Banyak limbah pertanian dan peternakan terbuang sia-sia. Penerapan sistem pertanian organik memiliki kelemahan antara lain terbatasnya ketersediaan unsur hara untuk tanaman dan minimnya mikoorganisme antagonis. Karenanya perlu adanya edukasi guna memberitahukan perihal pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan untuk mendukung budidaya pertanian. Desa Melung terkenal dengan produksi sayuran organik. Dalam rangka meningkatkan kualitas budidaya sayuran organik, tim KKN Pertanian Terpadu UNSOED melakukan demonstrasi pembuatan media tanam baru yaitu Tricho kompos. Dalam acara yang dilaksanakan pada tanggal 08 Agustus 2015, masyarakat Desa Melung diajarkan bagaimana membuat media tanam Tricho kompos dengan memanfaatkan jamur antagonis Trichoderma sp dan pupuk So Kontan Lq.
Praktek diawali dengan memberi pengetahuan bagaimana memperbanyak Trichoderma sp. menggunakan jagung pecah dan beras pecah. Kemudian dilanjutkan dengan pemanfaatan jamur Trichoderma sp. yaitu dengan pemuatan media tanam Tricho kompos. Pembuatan Tricho kompos dapat memanfaatkan limbah kotoran ternak dan rerumputan yang mengganggu tanaman atau seresah tanaman lainnya. Respon dari warga cukup antusias ketika melihat praktek pembuatan Tricho kompos. Warga umumnya sudah menanam polybag sayuran di depan rumah mereka. Media tanam yang digunakan adalah campuran pupuk kandang dan tanah.
Harapan dari adanya praktik pembuatan Tricho kompos adalah meningkatkan hasil budidaya melalui persediaan unsur hara yang mencukupi bagi kelangsungan hidup tanaman. Selain itu, dengan penerapan media tanam Tricho kompos meminimalisir kerusakan bagian tanaman akibat serangan hama dan penyakit. Pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan menjadikan penerapan Tricho kompos sebagai media tanam, dapat menjaga kelestarian lingkungan khususnya di desa Melung.