+1 234 567 8

pemdes@melung.desa.id

Permohonan Online

Anda dapat mengajukan secara permohonan online

Produk Warga

Jelajahi produk lokal buatan dari para warga kami untuk Anda

Lapor/Aduan/Saran

Anda dapat melaporkan aduan dan memberi saran maupun kritik

Peserta Didik PAUD Terpadu Melung Meningkat di Tahun 2015

Peserta Didik PAUD Terpadu Melung Meningkat di Tahun 2015

PAUD Terpadu MelungPendidikan menjadi pelayanan dasar bagi pemerintah untuk mengembangkan dan mengoptimalkan peningkatan sumber daya manusia dan yang lebih penting pendidikan pada masa usia dini dimana masa tumbuh kembang anak sangat pesat dan penyerapan pengetahuan dan interaksi sosial begitu  cepat, sehingga dalam pendidikan usia dini ini harus menjadi perhatian yang serius.

Dalam Tahun Ajaran 2015/2016 ini PAUD Terpadu (TK Pertiwi dan Kelompok Bermain Satria Jaya) menerima siswa yang cukup banyak, untuk TK Pertiwi siswa berjumlah 32 orang sedangkan untuk Kelompok Bermain (KB) sebanyak 27 orang siswa baik dari dalam desa Melung ataupun dari luar desa.  Hal ini cukup menggembirakan karena kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan sudah mulai tumbuh secara perlahan di Desa Melung, dan terbangunnya sistem parenting yang dilakukan berkala oleh para tenaga didik sehingga hubungan antara tenaga pendidik dan orang tua siswa terbangun untuk mensinkronisasikan apa yang didapat di sekolah dan dirumah harus selaras.  Dari jumlah siswa tahun ini belum semua balita usia 3-4 tahun yang ada di Desa Melung dapat bersekolah dengan berbagai alasan keluarga terutama adalah persoalan ekonomi dan belum juga dapat melayani pendidikan secara maksimal warga terutama yang jauh dari jangkau lokasi PAUD Terpadu. Pada sisi lain beban biaya operasional pun akan semakin meningkat, beruntung keswadayaan warga masih tumbuh disamping iuran dari wali murid untuk menambah biaya operasional dan insentif tenaga pendidik walaupun sangat kecil dibanding beban dalam mendidik anak usia dini yang jelas berbeda penanganannya.

Yang membedakan penyelenggaraan PAUD Terpadu Melung dengan PAUD yang lain adalah dalam management pengelolaan dimana PAUD Terpadu ini menyatukan dalam satu management penyelenggaraan antara TK dan Kelompok Bermain. Belum banyak pengelolaan di desa-desa yang melakukan hal yang sama, sehingga terkadang dalam kurikulum yang diajarkan tidak saling terhubung.  Untuk mengurangi persoalan tersebut maka solusi yang dilakukan oleh penyelenggara adalah dengan model terpadu sehingga kurikulum yang diajarkan di PAUD dan TK saling terhubung dan berkelanjutan, tidak mengulang pelajaran yang sama.  Masih ada harapan untuk mendapatkan kucuran dana untuk memberdayakan para pengantar anak melalui kegiatan yang bermanfaat sehingga “anak cerdas ibu terampil” dapat terwujud.

Loading

Membangun Desa Organik di Melung

Membangun Desa Organik di Melung

Kemandirian merupakan kunci kesejahteraan petani, meliputi penguasaan teknologi tepat guna, pengadaan sarana pertanian seperti pupuk dan obat-obatan serta pemasaran.  Bagi petani, bertani secara organik adalah kunci untuk mewujudkan kemandirian yang berarti mencapai kesejahteraan.

Pemikiran inilah yang melandasi munculnya cita-cita untuk membangun Desa Organik.  Dipimpin langsung oleh Kades Melung Budi Satrio, masyarakat digerakkan untuk secara bertahap merubah pola tanam konvensional menjadi organik.

Memang tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan untuk bertani organik.  Hampir semua petani sudah tidak lagi percaya diri bahwa dengan membuat pupuk sendiri, membuat pestisida nabati sendiri akan mampu mendapatkan hasil yang bagus. Selama puluhan tahun, para petani sudah dikondisikan bergantung dengan pupuk dan pestisida kimia yang semua itu butuh modal yang tidak sedikit.

Kegiatan bertani organik dimulai sejak 2004 oleh Kades, istri beserta kerabat sendiri di pekarangan rumah.  Dengan hasil yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur sendiri.

Kemudian datang Subekti, seorang lulusan Biologi UNSOED yang telah mendedikasikan cita-citanya untuk menjadi petani mandiri.  Beberapa tahun kegiatan ini tidak mendapat respon hingga akhirnya secara perlahan pemahaman masyarakat mulai dapat menerima konsep bertani organik.

Pada awal Nopember 2009 lalu, Melung mendapat kucuran program untuk meningkatkan kegiatan pertanian organik ini.  Hanya dengan modal 70 juta rupiah, dibangun sebuah green house di lahan desa dan membuat lahan contoh seluas 2 hektar.

Dengan efisiensi yang sangat ketat karena minimnya dana, pengusahaan kebun sayur organik ini dilaksanakan secara gotong royong oleh anggota Pager Gunung.  Hal yang paling berat adalah aspek pemasaran karena kota terdekat adalah Purwokerto, notabene kota kecil yang belum siap menerima sayur organik karena dianggap lebih mahal.

Dengan memberanikan diri, Pager Gunung meloby manajer RITA, salah satu swalayan terkemuka di Purwokerto agar menerima sayur organik dari Pager Gunung dan diizinkan.  Omset yang tidak menentu dan belum siapnya pasar membuat sayuran seringkali kembali dalam kondisi sudah layu atau membusuk.

Akan tetapi hal tersebut tidak membuat patah arang.  Dengan berbagai upaya sosialisasi di sekitar outlet Pager Gunung tentang perlunya hidup sehat dan mengkonsumsi makanan yang bebas kimia, lambat laun omset semakin naik.  Sayur yang dipajang seringkali habis tak tersisa.

Dalam kurun 6 bulan sejak dipasarkan, Pager Gunung sudah memiliki omzet 200 ribu setiap harinya dan meningkat secara nyata.

Selain memasarkan sayur organik, Pager Gunung juga mulai memprogramkan  wisata pertanian dengan mengundang berbagai pihak terutama sektor Pendidikan Dasar.  Konsep wisata ini selain sebagai refreshing para siswa SD, juga sebagai bagian dari pendidikan lingkungan dan mendidik gaya hidup sehat sedari kecil.  Meski masih terkesan asing, wisatawan sudah mulai sering mengunjungi kebun organik Pager Gunung.

Ujian tidak berhenti sampai disitu.  Menjelang lebaran tahun 2010, angin puting beliung melanda sebagian lereng selatan Gunung Slamet dan memporakporandakan Green House yang sudah terbangun dengan jerih payah masyarakat.  Kerugian hampir 5 juta karena atap green house hanya terbuat dari lembaran plastik yang mudah robek terkena beliung.

Selain kerusakan green house, banyak sayuran yang mati lanas akibat curah hujan yang sangat tinggi.
Akan tetapi itupun tidak menyurutkan langkah untuk tetap berpegang pada cita-cita membangun desa organik.

Dengan gotong royong pula, kerusakan dibenahi dan penanaman kebun sayur organik dimulai lagi dari awal.
Saat ini, meskipun sisa dari kerusakan tersebut belum terbenahi seluruhnya, kebun sayur sudah kembali beroperasi dengan lancar.  Bahkan, masyarakat Melung sudah mulai memanfaatkan pekarangan masing-masing untuk bertanam sayur untuk menutup kuota yang masih belum mampu dipenuhi dari kebun Pager Gunung.

Harapan semua masyarakat, dengan meningkatnya produksi sayur organik Desa Melung, semakin meningkat pula kesadaran masyarakat untuk bertani secara mandiri dan terbebas dari ketergantungan pupuk dan obat-obatan kimia.

Harga yang masih di atas sayur berpestisida, sebenarnya lebih merupakan penghargaan atas upaya penyelamatan lingkungan hidup dan upaya menyehatkan masyarakat.  Kesemuanya itu tidak seimbang jika dibandingkan dengan biaya pengobatan yang muncul akibat tumpukan residu kimia dalam jaringan tubuh sehingga berbagai penyakit seperti kanker mudah menjangkit.

Semoga impian masyarakat Desa Melung untuk menjadi petani mandiri akan segera terwujud.  Peran berbagai pihak terutama masyarakat konsumen sayur organik sangat kami butuhkan.

Mari secara gotong royong mewujudkan kesejahteraan petani sekaligus mewujudkan masyarakat yang sehat, terbebas dari racun pestisida

Loading

Kemarau dan Bayang-Bayang Kekeringan

Kemarau dan Bayang-Bayang Kekeringan

Lahan persawahan Desa MelungMelung 3 September 2015. Sudah bulan September, namun hujan belum juga turun. Kegelisahan mulai dirasakan, debu mudah mengepul beterbangan terbawa angin. Jangankan untuk mengaliri sawah dan menyiram tanaman untuk kebutuhan sehari-hari saja air semakin sulit didapat. Sedih memang melihat benih yang terlanjur disemai semakin lama semakin berwarna kuning untuk kemudian mati akibat kekeringan.

Saluran air yang biasanya cukup untuk mengaliri sawah kini telah kering, hanya menyisakan lubang-lubang tempat kepiting bersemayam. Sumber air yang masih tersisa pada akhirnya diperuntukan untuk keperluan sehari-hari. Sebuah pengambilan keputusan yang memaksa para petani untuk tidak bercocok tanam. Karena dengan sumber yang sama biasanya petani memanfaatkan sumber tersebut untuk mengaliri lahan pertanian mereka.

Menanam palawija menjadi pilihan dalam bercocok tanam, sambil menunggu musim penghujan datang. Tetapi lagi-lagi para petani merasa kecewa karena bibit jagung yang mereka tanampun tidak tumbuh. Yah kemarau hampir 4 (empat) bulan ini tidak memberikan pilihan. Debu yang semakin tebal tidak memungkinkan juga untuk menanam palawija.Kondisi sungai saat kemarau

Kemarau yang cukup panjang ini juga dirasakan para peternak di Desa Melung. Saat kemarau seperti sekarang ini banyak rumput yang mati akibat kekeringan. Kalaupun ada rumput yang masih tersisa kebanyakan tempatnya sudah sangat jauh di dalam hutan. Sehingga untuk mendapatkan satu pikul rumput para peternak menghabiskan waktu minimal 3 (tiga) jam, yang biasanya jika di musim penghujan bisa dilakukan dalam satu jam. Itupun terkadang rumput sudah bercampur dengan debu, sehingga rumput harus dicuci terlebih dahulu. Kegelisahan dan kecemasan membayangkan jika kemarau berlangsung beberapa bulan ke depan.

Akibat kemarau juga kerap menjadi malapetaka yang di akibatkan oleh kelalaian manusia. Kebakaran di lereng Gunung Slamet baru-baru ini menjadikan pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memperlakukan alam (lingkungan). Seperti disampaikan Kepala Kepolisian Sektor Kedungbanteng (Kapolsek) AKP. Sambas BW, SH dalam kunjungannya ke Desa Melung. Secara langsung Kapolsek Kedungbanteng menyampaikan ke Pemerintah Desa Melung agar menghimbau ke masyarakat agar selalu waspada terhadap gejala kebakaran hutan dan sedini mungkin mengantisipasi agar tidak terjadi lagi kebakaran hutan. 

Loading

“Sinau Bareng” Dalam Rangka Membangun Desa

“Sinau Bareng” Dalam Rangka Membangun Desa

Sinau Bareng Antar Desa

Melung 29 Agustus 2015, Diskusi berbagi pengalaman antara Desa Melung dan Desa Candinata Kecamatan Pulosari Kabupaten Purbalingga berlangsung di Aula Widyamandal Desa Melung. Sebuah diskusi yang dikemas dengan tema “Sinau Bareng” Dalam Rangka Membangun Desa. Desa Melung dengan berbagai komoditas membagikan pengalaman mengenai tahapan menjadikan desa yang berbasis internet kepada perangkat Desa Candinata. Perangkat Desa Melung menjelaskan kondisi awal sebelum adanya internet dan pasca adanya internet. Kemajuan pesat diberbagai sektor sangat terbantu dengan adanya internet di Desa Melung. Selain itu, teknologi berbasis komputer juga sangat membatu perangkat desa dalam pengolahan data sehingga kinerja perangkat desa lebih maksimal. Manfaat lain dari desa berbasis internet yaitu dapat mempromosikan komoditas yang ada di desa. Kemudian dengan teknologi internet masyarakat juga dapat lebih bebas memperoleh informasi lebih luas dari dunia luar.

Desa Melung yang sedang menggali potensi penderes gula dengan dibantu Tim KKN Pertanian Terpadu Unsoed telah berhasil mendirikan kelompok penderes dengan nama “Suko Maju”. Kelompok yang masih baru tentu saja membutuhkan informasi lebih dari berbagai sumber, salah satunya yaitu pemaparan mengenai kelompok penderes di Desa Candinata. Diskusi hangat ini tentu saja menjadi pintu masuk bagi kedua desa saling bertukar informasi demi membangun desa yang mandiri dengan komoditas dan karakter masing-masing.

Acara diskusi berlangsung sangat interaktif dengan ditambah pemaparan materi dari Desa Candinata mengenai potensi “Penderes Gula” yang ada. Desa Candinata yang terkenal sebagai produsen gula kelapa membagikan informasi mengenai perkembangan penderes dan kondisi umum mereka. Kemudian dijelaskan pula pentingnya Kelompok Usaha Bersama (KUB) bagi penderes agar dapat lebih maju. Adanya KUB sangat membatu penderes, hal ini dikarenakan KUB sebagai lembaga legal dapat menjadi fasilitator dan memberikan pembinaan terhadap penderes sehingga menunjang kesejahteraan penderes dari sisi ekonomi dan sosial. KUB juga berperan aktif dalam proses pemasaran, pemantauan dan perkembangan penderes.

Berbagi informasi dan saling membuka jaringan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan dan memajukan potensi desa yang ada. Semoga dengan adanya diskusi ini dapat memberikan motivasi tersendiri bagi pihak desa untuk mencapai tujuan desa.

Maju terus desa mandiri..!!

Penulis : Rizqi Firmansyah

Loading

Tungku Sehat dan Hemat Energi

Tungku Sehat dan Hemat Energi

melung.desa.id

Proses Pembuatan Tungku Hemata Energi

Melung 26 Agustus 2015, Penggunaan tungku dalam proses pemasakan gula merupakan komponen utama. Proses pemasakan gula kelapa memakan waktu lama, hal ini membuat perajin gula harus menyediakan bahan bakar yang cukup banyak. Oleh karena itu, penggunaan tungku hemat energi merupakan salah satu solusi untuk mengurangi bahan bakar.

Perajin gula kelapa di Desa Melung sebagian besar masih menggunakan tungku tradisional. Tungku tradisional yang digunakan masih mengakibatkan polusi udara di dapur dan mengganggu pernafasan. Penggunaan tungku sehat dan hemat energi dapat mengurangi hal tersebut. Inisiatif tungku sehat dan hemat energi yang digagas dalam program kerja KKN PPM Unsoed Pertanian Terpadu diharapkan dapat membantu perajin gula kelapa.

KKN Unsoed Pertanian Terpadu pada tanggal (13/8) melakukan demonstrasi plot di rumah Ngalimi salah satu penderes di Desa Melung RT 01 RW 04. Adanya demonstrasi plot ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana perbandinganya dengan tungku tradisonal. Dimana selain polusi asap juga banyak abu sisa pembakaran yang berterbangan. Oleh karena itu pemberian pengetahuan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memiliki tungku yang sehat di dapur.

Tungku ini dirancang untuk dapat membakar bahan bakar dengan efisien, menghasilkan panas yang tinggi dan tidak menimbulkan polusi udara di dapur mereka. Tungku menghasilkan panas yang terpusat langsung ke wajan, sehingga tidak ada api yang terbuang keluar, untuk proses pembuangan asap terpusat pada cerobong yang terpasang mengarah ke luar dapur, sehingga asap langsung terbuang ke luar.

Penulis : Rizka Nita Utami

Loading