Dukun bayi adalah seseorang yang berprofesi membantu proses kelahiran, memandikan dan merawat bayi saat lahir. Dalam menjalankan tugas mulianya dukun bayi membantu seseorang yang akan melahirkan mulai dari umur tujuh bulan bayi dalam kandungan hingga bayi lahir. Bahkan setelah bayi lahirpun masih menjadi beban tanggungjawabnya selama hampir kurang lebih 40 (empat puluh) hari.
Maka tidak heran kalau kemudian seseorang yang berprofesi sebagai dukun bayi pasti memiliki keahlian khusus serta memiliki mantra-mantra tertentu. Mulai dari membuat ramuan bayi sang ibu yang baru melahirkan, sampai menyepuh bayi dalam rendaman air yang telah diberi sepuhan (lading) pisau, garam dapur, nasi, jeruk nipis dan buah mentimun yang masih utuh.
Setelah bayi berumur empat puluh hari diadakan sebuah upacara yang disebut wisuh(membasuh). Upacara ini dimulai dari memandikan sang bayi dengan air yang telah diberi beberapa mantra. Selain sang bayi sang ibu juga membasuh kedua tangan dan kakinya sebagai permohonan maaf, dan sang ibu beserta keluarga mengucapkan rasa terima kasih telah dibantu dalam prose kelahirannya.
Di awal tahu 1995 Desa Melung kedatangan Bidan Desa untuk membantu ibu hamil yang akan melahirkan. Maka sejak saat itu beban atau tugas sebagi dukun bayi tidak hanya berada dalam tanggungjawab sang dukun bayi. Kerjasama antara bidan desa dan dukun bayipun mulai dibangun dengan saling berbagi dalam menolong proses kelahiran. Sang dukun bayi dengan adat kejawennya dan bidan desa dengan ilmu akademiknya, sebuah perpaduan dan kerjasama dalam menolong sesama.
Namun dijaman seperti sekarang profesi sebagai dukun bayi sudah tidak lagi diminati. Disamping kesadaran akan kesehatan semakin tinggi sehingga lebih memilih tindakan medis ketimbang dengan ramuan tradisional. Sehingga dikhawatirkan lambat laun profesi sebagai dukun bayi akan hilang ditelan jaman. Yang tentu saja dengan tidak adanya generasi yang mau belajar sebagai dukun bayi ada satu proses budaya ruwat bayi yang hilang.
Dukun bayi adalah seseorang yang berprofesi membantu proses kelahiran, memandikan dan merawat bayi saat lahir. Dalam menjalankan tugas mulianya dukun bayi membantu seseorang yang akan melahirkan mulai dari umur tujuh bulan bayi dalam kandungan hingga bayi lahir. Bahkan setelah bayi lahirpun masih menjadi beban tanggungjawabnya selama hampir kurang lebih 40 (empat puluh) hari.
Maka tidak heran kalau kemudian seseorang yang berprofesi sebagai dukun bayi pasti memiliki keahlian khusus serta memiliki mantra-mantra tertentu. Mulai dari membuat ramuan bayi sang ibu yang baru melahirkan, sampai menyepuh bayi dalam rendaman air yang telah diberi sepuhan (lading) pisau, garam dapur, nasi, jeruk nipis dan buah mentimun yang masih utuh.
Setelah bayi berumur empat puluh hari diadakan sebuah upacara yang disebut wisuh(membasuh). Upacara ini dimulai dari memandikan sang bayi dengan air yang telah diberi beberapa mantra. Selain sang bayi sang ibu juga membasuh kedua tangan dan kakinya sebagai permohonan maaf, dan sang ibu beserta keluarga mengucapkan rasa terima kasih telah dibantu dalam prose kelahirannya.
Di awal tahu 1995 Desa Melung kedatangan Bidan Desa untuk membantu ibu hamil yang akan melahirkan. Maka sejak saat itu beban atau tugas sebagi dukun bayi tidak hanya berada dalam tanggungjawab sang dukun bayi. Kerjasama antara bidan desa dan dukun bayipun mulai dibangun dengan saling berbagi dalam menolong proses kelahiran. Sang dukun bayi dengan adat kejawennya dan bidan desa dengan ilmu akademiknya, sebuah perpaduan dan kerjasama dalam menolong sesama.
Namun dijaman seperti sekarang profesi sebagai dukun bayi sudah tidak lagi diminati. Disamping kesadaran akan kesehatan semakin tinggi sehingga lebih memilih tindakan medis ketimbang dengan ramuan tradisional. Sehingga dikhawatirkan lambat laun profesi sebagai dukun bayi akan hilang ditelan jaman. Yang tentu saja dengan tidak adanya generasi yang mau belajar sebagai dukun bayi ada satu proses budaya ruwat bayi yang hilang.
Pendidikan menjadi pelayanan dasar bagi pemerintah untuk mengembangkan dan mengoptimalkan peningkatan sumber daya manusia dan yang lebih penting pendidikan pada masa usia dini dimana masa tumbuh kembang anak sangat pesat dan penyerapan pengetahuan dan interaksi sosial begitu  cepat, sehingga dalam pendidikan usia dini ini harus menjadi perhatian yang serius.
Dalam Tahun Ajaran 2015/2016 ini PAUD Terpadu (TK Pertiwi dan Kelompok Bermain Satria Jaya) menerima siswa yang cukup banyak, untuk TK Pertiwi siswa berjumlah 32 orang sedangkan untuk Kelompok Bermain (KB) sebanyak 27 orang siswa baik dari dalam desa Melung ataupun dari luar desa. Â Hal ini cukup menggembirakan karena kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan sudah mulai tumbuh secara perlahan di Desa Melung, dan terbangunnya sistem parenting yang dilakukan berkala oleh para tenaga didik sehingga hubungan antara tenaga pendidik dan orang tua siswa terbangun untuk mensinkronisasikan apa yang didapat di sekolah dan dirumah harus selaras. Â Dari jumlah siswa tahun ini belum semua balita usia 3-4 tahun yang ada di Desa Melung dapat bersekolah dengan berbagai alasan keluarga terutama adalah persoalan ekonomi dan belum juga dapat melayani pendidikan secara maksimal warga terutama yang jauh dari jangkau lokasi PAUD Terpadu. Pada sisi lain beban biaya operasional pun akan semakin meningkat, beruntung keswadayaan warga masih tumbuh disamping iuran dari wali murid untuk menambah biaya operasional dan insentif tenaga pendidik walaupun sangat kecil dibanding beban dalam mendidik anak usia dini yang jelas berbeda penanganannya.
Yang membedakan penyelenggaraan PAUD Terpadu Melung dengan PAUD yang lain adalah dalam management pengelolaan dimana PAUD Terpadu ini menyatukan dalam satu management penyelenggaraan antara TK dan Kelompok Bermain. Belum banyak pengelolaan di desa-desa yang melakukan hal yang sama, sehingga terkadang dalam kurikulum yang diajarkan tidak saling terhubung.  Untuk mengurangi persoalan tersebut maka solusi yang dilakukan oleh penyelenggara adalah dengan model terpadu sehingga kurikulum yang diajarkan di PAUD dan TK saling terhubung dan berkelanjutan, tidak mengulang pelajaran yang sama.  Masih ada harapan untuk mendapatkan kucuran dana untuk memberdayakan para pengantar anak melalui kegiatan yang bermanfaat sehingga “anak cerdas ibu terampil” dapat terwujud.
Sabtu, 29 Agustus 2015. Diskusi berbagi pengalaman antar Desa Melung dan Desa Candinata Kabupaten Banyumas mengenai potensi yang dimiliki merupakan salah satu upaya untuk membangun desa. Desa Melung yang terkenal sebagai “Desa Id atau Desa Internet” dengan berbagai komoditas membagikan pengalaman mengenai tahapan menjaadikan desa yang berbasis internet kepada pihak perangkat desa Candinata. Perangkat Desa Melung menjelaskan pula kondisi awal sebelum adanya internet dan pasca desa internet. Kemajuan pesat diberbagai sektor sangat terbantu dengan adanya internet di desa Melung. Selain itu, teknologi berbasis komputer juga sangat membatu perangkat desa dalam pengolahan data sehingga kinerja perangkat desa lebih maksimal. Manfaat lain dari desa berbasis internet yaitu dapat mempromosikan komoditas yang ada di desa. Kemudian dengan teknologi internet masyarakat juga dapat lebih bebas memperoleh informasi lebih luas dari dunia luar.
Desa Melung yang sedang menggali potensi penderes gula dengan dibantu Tim KKN Pertanian Terpadu Unsoed telah berhasil mendirikan kelompok penderes dengan nama “Suko Maju”. Kelompok yang masih baru tentu saja membutuhkan informasi lebih dari berbagai sumber, salah satunya yaitu pemaparan mengenai kelompok penderes di Desa Candinata. Diskusi hangat ini tentu saja menjadi pintu emas bagi kedua desa saling bertukar informasi demi membangun desa yang mandiri dengan komoditas dan karakter masing-masing.
Acara diskusi berlangsung sangat interaktif dengan ditambah pemaparan materi dari desa Candinata mengenai potensi “Penderes Gula” yang ada. Desa Candinata yang terkenal sebagai produsen gula kelapa membagikan informasi mengenai perkembangan penderes dan kondisi umum mereka. Kemudian dijelaskan pula pentingnya Kelompok Usaha Bersama (KUB) bagi penderes agar dapat lebih maju. Adanya KUB sangat membatu penderes, hal ini dikarenakan KUB sebagai lembaga legal dapat menjadi fasilitatir dan memberikan pembinaan terhadap penderes sehingga menunjang kesejahteraan penderes dari sisi ekonomi dan sosial. KUB juga berperan aktif dalam proses pemasaran, pemantauan dan perkembangan penderes.
Berbagi informasi dan saling membuka jaringan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan dan memajukan potensi desa yang ada. Semoga dengan adanya diskusi ini dapat memberikan motivasi tersendiri bagi pihak desa untuk mencapai tujuan desa.
Melung 16 September 2015, Dewasa ini jumlah pecandu narkoba di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) memperlihatkan 4 juta orang tersangkut dalam penyalahgunaan narkoba. Mereka terdiri dari 1,6 juta yang mencoba memakai, 1,4 juta teratur memakai dan 943 ribu orang yang sudah pada level pecandu narkoba. Seperti yang tertulis dalam portal online Liputan6.com (28/4), bahwa saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Artinya bahwa dentang darurat narkoba sudah menyambangi Indonesia.
Berbagai upaya sudah dilakukan guna menanggulangi korban yang semakin banyak berjatuhan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengamanatkan tentang penanganan daruruat narkoba. Dalam undang-undang tersebut dilakukan dengan double track system yaitu penanganan yang humanis terhadap pecandu dan penyalahguna narkoba (dengan melakukan rehabilitasi) dan memberikan hukuman yang berat terhadap para produsen, bandar dan pengedar narkoba (jaringan narkoba).
Begitu juga dengan Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba yang diselenggarakan di Desa Melung, Kecamatan Kedung Banteng (Banyumas) pada hari Senin (24/8). Penyuluhan tersebut terselenggara atas kerja sama antara KKN Tematik Unsoed 2015, Pemerintah Desa Melung dan Kantor Cabang Badan Narkotika Nasional Purbalingga. Awalnya penyuluhan tersebut tidak ada dalam program kerja KKN. Justru penyuluhan tertsebut diminta langsung oleh Kepala Desa Melung secara pribadi kepada tim LPPM Unsoed. Jumlah peserta penyuluhan yang hadir kurang lebih 144 orang. Yang terdiri dari Siswa-siswi SD, SMP dan masyarakat Desa Melung.
Penyuluhan yang dilaksanakan di Aula Widya Mandala di buka oleh Khoerudin, S.Sos selaku Kepala Desa Melung. Rasa syukur dan terima kasih disampaikan kepada Tim KKN Unsoed 2015 yang telah memfasilitasi penyuluhan tersebut. Beliau berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi warga Desa Melung secara umum. Sehingga terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Kemudian dilanjutkan pada acara inti yakni pemberian materi penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba oleh Kuswanto, S.Pd dari BNN Purbalingga.
Penyuluhan berjalan sangat baik, terlihat dari hadirin yang sangat antusias mendengarkan penjelasaan dari penyuluh. Materi yang disampaikan dari mulai jenis-jenis narkoba, dampak dan bahayanya apabila menggunakan narkoba secara terus menerus. Selain itu juga penyuluh menunjukkan gambar-gambar narkoba dan psikotropika. Sehingga memudahkan peserta dalam memahami dan mencerna penyuluhan.