Melung Jum`at Manis 17 Maret 2017, Posbindu PMT merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor Penyakit Tidak Menular (PMT). Kegiatan ini akan dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Faktor penyakit tidak menular meliputi : merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, pola makan yang tidak sehat, kurang aktifitas, obesitas, stres, hipertinsi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan.
Adapun sasaran dari kegiatan posbindu tersebut adalah warga masyarakay sehat, beresiko dan penyandang PMT yang berusia diatas 15 Tahun. “Jadi tidak hanya masyarakat sakit tapi yang sehatpun jadi sasaran untuk mengantipasi sebagai antisipasi dan pencegahan Penyakit Tidak menilar ( PMT ) tersebut.  Seperti dituturkan Sutarti salah satu kader PKK Desa Melung. Untuk pelaksana dari kegiatan tersebut adalah Kader Posbindu yang dibentuk berdasarkan SK Kepala Desa dengan dibantu dokter dan tenaga medis dari Puskesmas Kedungbanteng.
Posbindu di Desa Melung diadakan sebulan sekali tepatnya pada Kamis ketiga yang bertempat di Aula Widya Mandala dimulai Jam 8.00 WIB sampai selesai.
Posbindu di Desa Melung sudah berjalan 2 kali pertemuan dan antusias warga sangat baik, terbukti dari semakin banyaknya peserta yang menghadiri acara tersebut. Pada bulan Februari yang hadir 40 orang dan pada bulan ini ada 45 0rang. Adapun sasaran utama dari Posbindu ini adalah Penderita diabetes Militus, kangker, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Posbindu dilaksanakan karena cenderung penyakit tidak menular semakin banyak dan menjadi ancaman serius khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat (bersumber dari Kemenkes RI ) dan perlu penangan yang serius, maka dari itu perlu penangan yang serius dan peran serta masyarakat untuk dapat menekan syukur mengurangi Penyakit Tidak Menular khususnya di Desa Melung.
Melung Rabu Wage 15 Maret 2017, Festifal dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLSSN) Tahun 2017 tingkat SD diadakan oleh UPK Kecamatan Kedungbanteng kemarin (Selasa, 14/3). FLSSN merupakan ajang lomba dan festifal bidang seni bagi siswa.
Dikuti oleh seluruh SD yang ada di wilayah Kecamatan Kedungbanteng. Festifal yang diselenggarakan meliputi lomba desain batik, lomba lukis, lomba gambar bercerita, lomba tari dan lomba kaligrafi.
Termasuk SD Negeri Melung juga mengirimkan peserta dalam FLSSN tersebut. Hasilnya cukup memuaskan. Dalam beberapa bidang lomba bahkan mampu memberikan prestasi dan kebanggan bagi sekolah khususnya dan desa pada umumnya.
Seperti dalam lomba lukis juara 1,3 dan juara 4 berhasil diraih masing-masing atas nama Dodo Pratama, Nurul Huzematurohmah dan Tika Nurlaeli. Yang kesemuanya merupakan siswa kelas 4b.
Dalam lomba gambar bercerita juga tidak kalah hebohnya tiga gelar mampu diraihnya, baik juara 1, 2 dan juara 4. Juara 1 diraih oleh Ugi Zafara kelas 4b, Mei Natania (4b) meraih juara 2 dan Dewi Susiana Kelas 3a meraih juara 4.
Sementara Mei Fadhilah Antisya Putri (kelas 5) dalam lomba tari perorangan meraih juara 2. Sedangkan lomba Kaligrafi mendapat juara 2 untuk kategori putri atas nama Nurul Huzematurohmah. Sedangkan untuk putra meraih juara 3 atas nama Dodo Prtama.
“Dengan FLSSN ini memberikan ruang kreatifitas serta potensi siswa dalam bidang seni dan sastra” seperti dituturkan oleh Yeni Listiyani salah satu Guru di SD N Melung. Disamping juga sebagai wadah untuk mengangkat kemampuan siswa sehingga dapat memberikan prestasi dan kebanggaan.
Dalam lomba yang berbeda team voly putri juga meraih juara 2, dan lomba bulu tangkis meraih juara 2 atas nama Dina Fitriana. Sedangkan Tutuko Ari Setiawan meraih juara 2 lomba lari formula, serta juara 3 dalam lari 80 meter.
Banyaknya prestasi yang diraih disamping faktor bakat dari siswa juga berkat ketelatenan dan kesabaran guru-guru pembimbing. Seperti diungkapkan oleh Yanwar Soleh dengan keterbasan lapangan yang terlalu sempit sehingga sedikit menghambat dalam mengembangkan bakat siswa.
Melung 28 Desember 2016, Desa Melung kaya akan potensi sumber daya alam yang sangat menarik. Salah satunya adalah pemandangan alam dengan latar belakang Gunung Slamet dan Bukit Cendana. Hawa udara pegunungan yang sejuk menjadikan kawasan ini sangat cocok untuk dibangun wahana wisata. Dalam rangka mengeksplotasi sumberdaya alam yang ada Pemerintah Desa Melung pada tahun anggaran 2016 membuat sebuah wahana wisata.
Melalui dana desa (DD) Pemerintah Desa Melung mengelontorkan dana sebesar Rp. 170.989.000,- (seratus tujuh puluh juta sembilan ratus delapan puluh sembilan ribu rupiah) untuk membangun sarana dan prasarana wisata pendidikan. Wisata Pendidikan adalah penggabungan unsur wisata dengan muatan pendidikan didalamnya. Program wisata pendidikan kedepan akan lebih memperkenalkan budidaya pertanian organik. Untuk mempersiapkan wisata pendidikan tersebut telah dibangun akses jalan setapak dengan lebar 1,8 M dengan panjang 202 M. Jalan tersebut dipersiapkan agar memudahkan pengunjung untuk mencapai lokasi wisata pendidikan.
Kedepan obyek wisata ini akan dimanfaatkan untuk wisata pendidikan. Terutama untuk kalangan taman kanak-kanak hingga SLTA. Program wisata pendidikan akan fokus terhadap dunia pertanian, khususnya pertanian organik. Program wisata pendidikan sudah saatnya dikembangkan di setiap sekolah sebagai proses pembelajaran siswa tentang cinta bangsa, negara dan tanah air.
Disamping mempersiapkan jalan juga telah disiapkan tiga buah gazebo dengan ukuran 2 x 2 untuk sekedar duduk sambil menikmati pemandangan. Satu buah kolam ikan yang berada di tengah-tengah area persawahan juga dibangun untuk menambah daya tarik.
Lokasi yang sangat strategis karena berada di tepi jalan raya yang disekitarnya terdapat situs (makam-makam) yang dikeramatkan. Ada sekitar tiga makam yang tempatnya terpisah-pisah dengan ciri khas yang sangat religius. Makam yang biasa disebut Batur Mbah Taliwangsa, Batur Buyut dan Batur Tanuwangsa.
Sangat diharapkan kegiatan wisata pendidikan dapat menjadi sarana pelajar untuk melestarikan budaya dan mengenalkan nilai luhur sejarah dan budaya bangsa Indonesia.
Aja rumangsa bisa tapi kudu bisa ngrumangsani. Kue ndean sing dadi pemikirane Kaki Mutasor warga RT 01 RW 01 Grumbul Depok Desa Melung. Ngrumangsani nek siki tenagane wis ora kaya maune, maju tua tenagane sengsaya mlorod. Maune tah agi dong esih nom rosa, bobot 80 Kg bae inyong kuat mikul. Siki tah boro-boro nggawa bobot semono, nggawa awak bae wis gentoyongan. Kue pengakuane Kaki Mutasor nalika ketemu karo wartawan kampung (warkam) melung.desa.id
Ora ana alesan nggo ngaso, jegang karo udad-udud. Tetep kudu golet pengupa jiwa. Istilah kasare ora ongkek ora nyekek. Merga ngrumangsani yen tenagane siki wis mualai susud mulane Kaki Mutasor banjur gawe dondang. Tetekan glugu loro sing dipantek karo kayu kopi, banjur neng sisi tengah digawe cekelan utawa surungan. Dondang kue mau sing saben dinane dadi pitulungan tumprap Kaki Mutasor. Ngawa suket, suluh utawa kasil pertanian liane.
Pegawean sing maune abot tumprap Kaki Mutasor, siki kebantu merga anane Dondang kue mau. Jane tah tumprap jaman siki ya anu wis ketinggalan jaman. Merga siki ana sorong sing angger iklan kae jere tinggal sorong. Ning ya kue mau regane sing ora kejangkau merga larang.
Merga ora bisa tumbas sorong, banjur Kaki Mutasor gawe Dondang. Kepriwe carane pegawean sing neng alam pikire ora mungkin dadi mungkin. Angger wong sekolahan ngarani due daya kreatifitas. Gusti Allah wis nyediakna sekabeane, gari dewek bisa apa ora olehe ngolah.
Bebasan ora ana penjalin (rotan) oyod (akar) ya dadi. Sing penting mlaku. Sing maune abot dadi enteng, merga anu ngrumangsani. Pikiran tah esih gronjalan ning awak ora kuat nglagani. Sing penting waras bisa golet beras.