Melung 11 Agustus 2015, Sekitar 80 anggota lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) Pager Gunung Desa Melung berkumpul di Aula Widya Mandala. Mereka berkumpul untuk membicarakan dan mengikuti sosialisasi yang sangat penting untuk tercapainya kedaulatan pangan, yaitu reforma agraria. Kegiatan ini menindaklanjuti acara “Road Show Konsepsi Reforma Agraria Kehutanan melalui Hak Pengelolaan Desa” yang diadakan oleh Yayasan Gedhe Nusantara di Tambaknegara pada 30 Juli 2015.
Sosialisasi yang melibatkan anggota LMDH Pager Gunung ini membahas konsep pelaksanaan Inventarisasi, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T). Sementara Desa Melung memiliki petak pangkuan hutan negara dengan luas 318 Ha. Dengan luasan tersebut selama ini dikelola oleh Perum Perhutani. Dengan adanya isu bahwa pengelolaan hutan akan dilimpahkan ke desa maka banyak hal yang harus dipersiapkan.
Dalam musyawarah tersebut disepakati untuk membentuk sebuah tim yang nantinya akan melaksanakan persiapan pengelolaan hutan. Persiapan tersebut meliputi inventarisasi potensi hutan seperti tanaman, sumber mata air, satwa dan juga batas-batas hutan.
Persoalan bahwa pada saat sekarang banyak anggota yang sudah mengelola lahan, juga menjadi bagian yang harus segera diselesaikan. Persoalan ini lebih kepada pengelolaan (luas) lahan garapan, yang pada saat ber-PHBM (pengelolaan hutan bersama masyarakat) belum diatur adanya luas lahan garapan. Selain itu lahan milik warga juga tidak kalah penting untuk dikelola menjadi kawasan yang dapat meningkatkan nilai tambah.
Menurut Narwin salah satu anggota LMDH Pager Gunung yang juga peraih penghargaan sebagai PKSM (Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat) tingkat Kabupaten Banyumas menyatakan bahwa fungsi hutan harus tetap terjaga dan lestari mengingat Desa Melung sebagai kawasan resapan air dan banyaknya satwa yang dilindungi berada di kawasan hutan sekitar desa.
Setelah melalui proses pemilihan terbentuklah sebuah tim yang nantinya akan menyusun konsep pengelolaan hutan yang akan mementingkan kesejahteraan warga.
Pelaksanaan rehab Jembatan Kali Manggis, Desa Melung Kecamtan Kedungbanteng
Melung 5 Agustus 2015, Pemerintah Desa Melung menerima bantuan keuangan dari Pemerintah Daerah Jawa Tengah sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah). Dana bantuan tersebut dipergunakan untuk pembangunan rehab Jembatan Kali Manggis salah satu jembatan yang ada di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Sebuah jembatan yang menghubungkan dua grumbul yaitu Salarendeng dan Melung. Jembatan dengan lebar 3,5 meter dan panjang 12 meter dengan ketinggian dari sungai sekitar 7 meter, dibangun pada tahun 1999 dengan menggunakan bahan dasar lapisan plat besi yang diatasnya dikasih papan kayu.
Untuk pengamanan di kiri kanannya dipasang pipa besi, akan tetapi pipa besi tersebut hilang diambil oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Sementara kondisi antar ujung jembatan sudah tidak rata, karena sebagian tanahnya amblas.
Disamping sebagai penghubung antar dua grumbul jembatan Kali Manggis juga sebagai akses masyarakat baik menuju ke sawah maupun ladang. Mengingat usia bangunan yang sudah berumur puluhan tahun maka banyak kayu yang lapuk dan berlubang.
Dalam pelaksanaan kegiatan rehab jembatan di samping mengandalkan dana bantuan gubernur, masyarakat terutama dari dua grumbul tersebut berswadaya. Bentuk swadaya masyarakat berupa swadaya dalam pekerjaan urugan tanah dan pengecoran. Pekerjaan pengangkutan material juga dilakukan secara swadaya, mengingat jarak antara jalan raya dan jembatan lumayan jauh dan belum bisa dilalui mobil karena sangat curam. Pekerjaan bangunan ini diperkirakan akan selesai dalam waktu 3 minggu (21 hari).
Selasa, 28 Juli 2015 mahasiswa Universitas dari berbagai fakultas telah datang di Desa Melung dalam program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) periode bulan Juli-Agustus 2015. Tahun ini Unsoed mengirimkan 2 kelompok KKN-PPM yaitu bidang Pertanian Terpadu dan Perikanan dengan jumlah total mahasiswa 34 mahasiswa. Penyambutan mahasiswa unsoed dilaksanakan di aula Desa Melung dan langsung disambut hangat oleh Khaerudin S.Sos selaku kepala Desa Melung beserta perangkatnya. Mahasiswa yang didampingi oleh Indah Widyarini S.P., M.Sc. selaku DPL (Dosen Pembimbing Lapang) dalam sambutannya beliau berharap mahasiswa melalui program KKN ini dapat meningkatkan dan menggali potensi yang ada di Desa Melung serta.
Peran aktif masyarakat dan kontribusi mahasiswa menjadi faktor penentu utama indikator keberhasilan dari setiap program yang dicanangkan. Melihat potensi yang ada mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya di Desa Melung. Potensi dibidang pertanian menjadikan desa Melung mendapat sorotan utama. Program kerja pertanian terpadu mengutamakan kesejahteraan masyarakat melalui penerapan Pertanian yang berbasis kearifan lokal dan keberlanjutan dimasa mendatang.
Salah satu program tersebut yaitu penerapan sayuran organik yang dapat meningkatkan mutu dan kualitas serta harga jual yang yang tinggi. Potensi lain yang akan digali yaitu penderes nirah (pembuat gula kelapa) yang secara tersirat ternyata terdapat di Desa Melung. Pengolahan gula kelapa cetak diusahakan masyarakat dapat beralih ke gula kristal yang memiliki harga lebih tinggi. Penderes akan diberi pelatihan dan bimbingan serta penyaluran produk yang berkaitan dengan pemasaran dan pembentukan kelompok penderes.
Bidang perikanan tak luput dari pandangan luar terhadap Desa Melung, kelompok KKN-PPM Bidang Perikanan akan menggali potensi yang dimiliki seperti penerapan kolam terpal pada budidaya ikan dan perbaikan saluran air. Terdapat program lain tiap kelompok baik Pertanian Terpadu dan Perikanan yang akan diberikan kepada masyarakat. semoga dengan adanya KKN-PPM tahun 2015 dapat meningkatkan potensi, kemampuan dan penghasilan masyarakat Desa Melung.
Berawal dari kepeduliaanya terhadap lingkungan Narwin ( 39 ) mengabdikan dirinya menjadi seorang relawan yang bergerak dalam bidang lingkungan. Berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan dijalani tanpa pamrih. Semua yang dilakukan semata-mata karena keadaan, lokasi tempat tinggal yang berada di lereng Gunung Slamet bagian Selatan. Sebuah dataran pegunungan yang merupakan daerah penyangga tata air di Desa Melung khususnya dan Kabupaten Banyumas pada umumnya.
Selain sebagai daerah penyangga tata air, Gunung Slamet yang kaya akan sumber daya alam juga sebagai habitat beberapa satwa yang dilindungi seperti Elang Jawa, Owa Jawa, dan juga Rekrekan. Melihat begitu pentingnya sumber daya alam tersebut serta ketergantungan masyarakat Desa Melung khususnya maka dirasa sangat perlu untuk memperlakukan hutan dan sumber daya alam secara arif dan bijaksana agar hutan tetap lestari.
Pengabdiannya dalam mendampingi masyarakat dalam pengelolaan hutan dilakukan sejak tahun 2002 sampai sekarang. Maka tidaklah heran kemudia Narwin yang juga merupakan Kepala Dusun II di Desa Melung terpilih sebagai jura I PKSM di tingkat Kabupaten Banyumas, saat ini masuk nominasi di tingkat Propinsi. Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) adalah orang yang berjasa dalam melestarikan hutan dan lingkungan, secara swadaya menggerakkan serta memotivasi masyarakat serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan kehutanan.
Dalam melakukan kegiatannya sebagai seorang relawan dalam bidang lingkungan Narwin kerap bekerjasama dengan berbagai lembaga baik dengan instansi pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Bapeluh, Dinperhutbuntan dalam pelaksanaan Gerhan dan KBR, Dinakkan dalam bidang usaha ternak dan perikanan, Perhutani dalam pengelolaan hutan (LMDH), Universitas Jendral Sudirman dalam bidang ketrampilan masyarakat khususnya Pertanian Organik. Dalam bidang penghijauan lingkungan pernah juga bekerjasama dengan Universitas Terbuka (UT), Kanopi, seta Indonesia Power. Memotivasi kepedulian pelestarian sumber daya alam dan hutan serta kegiatan penghijauan bersama pelajar mulai dari SD, SLTP, SLTA dan juga perguruan tinggi.
Pengamatan dan monitoring satwa juga menjadi bagian kegiatan Narwin dalam upaya melestarikan lingkungan, bekerjasama dengan BKSDA dan Biodiversity Society yang rutin melakukan monitoring dan pengamatan di lereng selatan Gunung Slamet. Pelepasliaran Elang Jawa bersama dengan Suaka Elang.
Narwin berharap sangat berharap agar masyarakat di lingkungannya bertambah pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap pengelolaan hutan yang akan berdampak pada kwalitas sumber daya alam, dan kemandirian masyarakat.
Melung 27 April 2015 – Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Kecamatan Kedungbanteng menggelar lomba kreatifitas anak Paud. Lomba dengan tema Gebyar Paud Himpaudi ini dilaksanakan Rabu (22/4) di Aula Kantor Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng. Kegiatan lomba-lomba tersebut diikuti oleh 18 (delapan belas) lembaga Paud.
Ada beberapa cabang lomba yang diikuti oleh ratusan anak Paud se-Kecamatan Kedungbanteng, antara lain memindahkan air ke dalam boto, lomba mewarnai, lomba memindahkan bola sesuai warna, bercerita dengan gambar, mencap dengan tangan dan gerak kreatifitas anak.
Kelompok Bermain Satria Jaya Desa Melung juga tak ketinggalan mengirimkan peserta dalam lomba-lomba tersebut. Kelompok Paud Satria Jaya Desa Melung hanya memiliki siswa sebanyak 16 (enam belas) orang siswa. Akan tetapi dari jumlah siswa tersebut mampu mengangkat dan mengharumkan nama Desa Melung.
Dari beberapa cabang perlombaan yang diperlombakan, Paud Satria jaya mampu meraih beberapa kejuaraan. Dalam lomba mewarnai Paud Satria Jaya meraih juara I atas nama Fajri Amruloh, sementara Rani Rianti meraih juara III. Masih dalam lomba yang sama juara harapan I dan harapan II juga diraih oleh Paud Satria Jaya.
Masih ada dua cabang perlombaan lagi yang diraih oleh Paud Satria Jaya, yaitu memindahkan air ke dalam botol mendapat juara harapan I, dan untuk lomba memindahkan bola sesuai warna meraih juara harapan II.
“Saya mengapresiasi kepada penyelenggara, kegiatan seperti ini penting dilakukan agar anak nantinya memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk membangun masa depan sesuai kemampuan,” kata Tri Astuti selaku Kepala sekolah Paud terpadu Satria Jaya Desa Melung.
Untuk itu, ia berharap kegiatan seperti ini akan dapat dilaksanakan secara rutin. Hal ini semata-mata untuk melatih kebernian dan mental anak dalam mengikuti perlombaan.
Menanam pohon sama dengan menanam sebuah harapan agar tumbuhnya kehidupan yang lebih baik. Pohon menberikan manfaat baik secara materiil maupun spirituil. Menanam dan juga merawatnya berarti membuka jalan bagi berlangsungnya kehidupan sekaligus mencegah kehidupan tak berhenti.
Melalui sebuah kesepakatan yang tidak tertulis, masyarakat Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng menerapkan sebuah aturan menanam bagi pasangan pengantin yang baru melangsungkan pernikahan. Aturan yang tidak tertulis ini sebenarnya telah lama hidup dan berkembang dimasyarakat, tetapi kemudian seiring perkembangan jaman aturan tersebut mulai memudar.
Dulu menurut para sesepuh Desa Melung calon pengantin diwajibkan untuk membayar bibit pohon sebelum melakukan akad nikah. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman tradisi tersebut yang sebenarnya sangat baik tersebut lambat laut mulai menghilang. Untuk menghidupkan kembali tradisi tersebut beberapa upaya pun dilakukan.
Berangkat dari sebuah tradisi dan kebiasaan masyarakat dimasa dulu, kini melalui lembaga desa mencoba untuk menghidupkan kembali tradisi tersebut. Dalam prakteknya pada saat calon pengantin mendaftarkan ke desa, calon pengantin diwajibkan untuk membayar bibit pohon yang nominalnya sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah). Yang nantinya pohon tersebut akan ditanam setelah melakukan akad nikah. Adapun yang menyediakan bibit adalah Linmas (Perlindungan Masyarakat) atau Hansip. Jadi tugas Linmas disamping menjaga ketertiban dan keamanan juga membuat pembibitan untuk persediaan bibit pohon. Mengantar kerumah calon pengantin juga menjadi tugas Linmas dan memastikan bahwa pohon tersebut sudah ditanam.
Dengan adanya aturan tersebut masyarakat akan selalu diingatkan untuk menjaga dan melestarikan hutan. Karena secara geografis memang keberadaan Desa Melung berada di pinggir hutan. Kehidupan masyarakatpun sangat bergantung tehadap hutan, sehingga ketika masyarakat memiliki kesadaran tersebut masyarakat akan selalu menjaga agar hutan tetap lestari.
Melung 8 Maret 2015, Komunitas Cendana mengadakan kegiatan pengenalan keanekaragam hayati terhadap anak-anak. Kegiatan yang bertemakan “Saba Alas Cendana Desa Melung” diikuti oleh 100 orang siswa dari SD N Melung dan SLTP N 3 Kedungbanteng. Peserta kegiatan ini dibagi dalam 10 kelompok dan melakukan penyusuran hutan di Desa Melung.
Sebuah pengenalan terhadap lingkungan, keanekaragamhayati serta potensi yang ada di Desa Melung. Kegiatan yang dikemas dalam game dan lomba ini diharapkan akan memberikan wawasan terhadap siswa dan lebih mencintai terhadap desa dan lingkungan, seperti dituturkan oleh Khoerudin selaku Kepala Desa Melung.
Disamping menyusuri hutan, juga diadakan game yang terbagi dalam 4 pos, pada pos pertama anak-anak diberi tugas mencatat 10 jenis pohon dan manfaatnya. Pada pos kedua menyebutkan jenis-jenis nama makanan tradisonal seperti ganyong, ubi kayu, gembili dan lain-lain.
Selanjutnya pada pos ketiga pengenalan terhadap satwa, pada pos ini panitia menyediakan binok, kemudian anak-anak disuruh mengamati dan mencatat apa yang dilihatnya. Terakhir pada pos keempat masing-masing kelompok menceritakan pengalaman dalam mengikuti kegiatan.
Melung 3 Maret 2015, Pemerintah Desa Melung pada hari Kamis (26/2) mengadakan musyawarah yang diadakan di Aula Widya Mandala Desa Melung. Dalam musyawarah yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat Desa Melung dan juga seluruh lembaga desa membahas tentang kepedulian terhadap lingkungan.
Setelah diadakan musyawarah yang di moderatori oleh Agung Budi Satrio salah satu tokoh masyarakat menghasilkan beberapa catatan. Berikut adalah sebagian catatan hasil musyawarah masyarakat Desa Melung.
Melung 27 Februari 2015, Informasi akan di lakukan penebangan pohon oleh Perhutani pada sekitar kawasan Bukit Cendana menuai keberatan masyarakat Desa Melung. Berbagai pertimbangan menjadi alasan masyarakat Desa Melung, pertimbangan tersebut antara lain karena pada lokasi tersebut merupakan sumber mata air. Dari sumber mata air tersebutlah masyarakat Desa Melung bisa bertahan hidup, mulai dari kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari dan juga untuk pengairan sawah. Kemiringan lokasi penebangan juga menjadi pertimbangan bahwa akan menimbulkan longsor.
Berangkat dari informasi keberatan dengan adanya penebangan tersebut, Perhutani bersama dengan Pemerintah Desa Melung melakukan pengecekan. Dalam pengecekan yang dilakukan pada hari Rabu (25/2) ADM Perhutani menyampaikan pada prinsipnya Perhutani terbuka untuk melakukan rembug bersama masyarakat, jika memang masyarakat keberatan adanya penebangan dengan disertai alasan yang bisa diterima, pihak Perhutani-pun tidak akan saklek. Seperti dsampaikan oleh Wawan Triwibowo, S.Hut, MP selaku ADM Perhutani di sela-sela pengecekan lokasi.
Lebih lanjut ADM mengatakan Perhutani menyadari keberatan yang disampaikan oleh masyarakat, karena dampak dari adanya penebangan yang merasakan adalah masyarakat. Ketika masyarakat keberatan Perhutani juga tidak akan memaksakan untuk adanya penebangan. Terkait dengan keberatan tersebut Pemerintah Desa Melung di mohon untuk segera membuat surat keberatan ke Perhutani.
Setelah dilakukan pengecekan oleh Perhutani yang di pimpin langsung oleh Wawan Triwibowo, S.Hut,MP (ADM) juga ikut dalam pengecekan tersebut Kusmanto, S.Hut (Kasi PSDHL), Dhani S, S.Hut (Asper Gunung Slamet Barat) beserta rombongan dan juga Pemerintah Desa Melung. Melihat pada kawasan tersebut memang merupakan daerah sumber mata air, ADM tidak keberatan jika masyarakat menolak adanya penebangan. Tidak lupa ADM juga menyampaikan rasa terima kasih terhadap masyarakat Desa Melung yang telah ikut membantu dalam mengelola hutan. Sebagai bentuk kerjasama dikemudian hari agar kerjasama bisa saling mendapatkan manfaat, ADM menghimbau agar masyarakat lebih rajin lagi dalam mengelola dan menjaga hutan. Terutama dalam penyadapan getah damar, agar lebih ditingkatkan.