Sistem Informasi Desa Melung
Orang banyak mengenal Disam Mulyawikarta sebagai sosok yang sederhana namun penuh kewibawaan. Pria kelahiran 31 Desember 1920 merupakan orang paling tua yang ada di Desa Melung. Sisa-sisa keperkasaanya masih terlihat jelas diwajahnya walaupun dibalut dengan kulit yang sudah keriput. Menghabiskan sisa hidup bersama dengan istri dan juga cucunya yang mengurus segala keperluan hidupnya. Keseharianya hanya duduk-duduk saja karena faktor usia sehingga tidak banyak aktivitas yang dilakukan, sesekali keluar rumah untuk menghirup udara segar dengan bantuan tongkat yang setia menemaninya setiap saat.
Sebagai orang yang dianggap paling sepuh beliau sering dijadikan tempat orang untuk bertanya pada saat mempunyai masalah ataupun hajat yang lain seperti mendirikan rumah dan ketika akan mencari hari baik untuk perkawinan maupun khitanan karena memiliki kepandaian menghitung cara orang jawa dengan harapan hasil perhitungan yang dilakukan tidak menimbulkan malapetaka dikemudian hari. Diusianya yang sudah memasuki 92 tahun pendengaran beliau masih tergolong baik. Banyak wejangan-wejangan yang sering beliau sampaikan yang dapat dijadikan pegangan hidup.
Wejangan atau pesan yang beliau sampaikan memang multi tafsir dan dibutuhkan pemikiran karena memang layaknya seperti erang-erang, dan ini merupakan bahasa simbol yang khas dari laku orang jawa seperti :
Kehati-hatian dan juga jangan lekas percaya apalagi seiring dengan kemajuan jaman dan kemajuan dalam bidang teknologi, akhir-akhir ini sering dijadikan orang untuk mencari makan walaupun dengan cara yang tidak benar. Petuah dari orang tua pada jaman sekarang ini sudah jarang dilakukan orang kepada anaknya, bahasa santun yang dicontohkan merupakan cerminan budaya yang luhur, Jawa bukanlah sekedar suku atau kelompok masyarakat, tetapi tetapi adalah perilaku yang jawani (menjiwai) dalam jiwa setiap insan. Semoga bermanfaat.